goleki ning kene

Rabu, 24 Oktober 2012

Mau di bawa ke mana?

Mau dibawa ke mana?
Mau dibawa ke mana lembaga ini. Kebijakan yang tidak begitu jelas, sistem yang kabur, dan aturan yang buram. semakain hari bukannya semakin baik tetapi semakin buruk. memang kendalanya adalah pola pokir. jika sudah memiliki pola pikir lain mau bagaimana lagi? Pola pikir yang kolot dan sama sekali tidak dinamis. Sangat..sangat..statis, kaku, dan tidak fleksibel. Apakah pikiran kolot itu bisa membuat lembaga ini lebih baik? Aanya orang apatis yang mengiyakannya. Suasana yang  kurang kondusif ditambah kebijakan-kebijakan yang tidak jelas akan membuat keadaan yang lebih parah. Lihat saja. Banyak orang memiliki pola stagnan. Tidak berani bersuara. Begitu sang empu bicara langsung cep kelakep sendika dawuh. Ini lembaga nasional bung, lembaga pendidikan pula. Tanggung jawabnya bueeesaaar. Jangan dikira hanya modal ucapan bisa mengelola sebuah lembaga yang penuh sejarah. Apa kata si mbah? Apakah mengelola lembaga bisa saenake udelmu? semaunya mulutmu? ndak usah munafik dan sengaja menutup kekurangan. Jangan sok pintar kalau memang masih bodoh. Hidup itu belajar. Belajar dari segala hal. Jangan dikira orang yang dianggap bodoh di sekitar itu selalu bodoh dalam segala aspek. Tidak! sekali lagi jangan sok pintar, jangan sok tahu, jangan sok lah....

Potensi yang luar biasa tapi kurang bisa mengelola. 
Hanya satu kata. Kasihan. Kasihan mereka. Yang pintar menjadi bodoh, yang baik ikut tidak baik, yang "gila" semakin "waras", yang diam tambah terkungkung, yang ceria menjadi sedih, yang sedih jadi menangis, yang brutal semakin liar, yang sabar menjadi lapar, yang bebas menjadi terikat, yang terikat tambah sekarat, dan yang terluka semakin menganga. Inilah gambaran lembaga ini. Sama sekali tidak berlebihan. Jika ingin bukti saya siap memberi. Saya bukan sekadar omong. Ternyata ilmu manajemen menjadi barang aneh di sini sehingga jarang digunakan. Ndak usah banyak belajar jika tidak ada niat untuk berubah menjadi lebih "baik". Baik di sini maksudnya benar-benar baik, bukan baik menurut pola pikir yang kolot. Percuma.

Jadi?
Ndak usah terlalu ribet. Jangan benahi dulu mereka, tapi benahi diri Anda terlebih dulu, Becerminlah pada air jangan kaca. Jangan lupa juga benahi orang yang akan membenahi mereka. Sudahlah, jangan terlalu bersuara di rumah sendiri jika kenyataannya akan terdiam di luar sana. Ayo, katanya mau berubah. Ndak usah tanggung-tanggung, sekalian saja. Jika tidak sesuai, benahi dulu sacara maksimal jangan asal main copot. Ingat! Jangan plin-plan. Sekali A harus A. Sistem dan aturan harus tertulis jangan lisan. Libatkan semua yang berpotensi. Lebih terbuka kepada siapa pun tapi jangan lupa filternya. Mulailah bekerja dengan hati. Jangan berpatokan hasil jika selalu khawatir. Jangan takut pada gagal jika belum di coba. Apa pun itu asal JELAS. Terima kasih.